PURWAKARTA | KJBNUSANTARA Selepas Covid 19, suasana berbeda termasuk dibeberapa wisata alam salah satunya di Bendungan Cirata. Hampir dua tahun lebih suasana sepi menyelimuti tempat - tempat wisata, tak kecuali di Waduk Cirata.
Beberapa bulan ini mulai tampak geliatnya. Waduk Cirata, misalnya, yang beberapa bulan sepi, kini tidak lagi, kalau tidak ada himbauan larangan sepertinya Waduk Cirata, akan menjadi pilihan.
Sore, Selasa (25/7) tampak ratusan anak muda menikmati suasana pemandangan danau pembangkit listrik tenaga air, yang kabarnya terbesar di Asia Tenggara itu, walau cuaca kurang mendukung.
Salah seorang tokoh masyarakat Kecamatan Maniis, dari Desa Gunungkarung, Osama saat ditemui di sekitar Waduk Cirata, mengatakan, bahwa beberapa hari ini di sekitar Waduk Cirata, mulai ramai kembali.
Tempat-tempat makan di Buangan dan Tripa kembali buka dan pengunjung pun berdatangan, bukan hanya masyarakat dari sekitar Kecamatan Maniis dan Tegalwaru, tetapi juga dari luar Kabupaten Purwakkarta.
"Kalau lihat plat nomor kendaraannya, bukan dari Purwakarta saja. Tetapi banyak dari luar juga," kata Osama..
Lain lagi dengan Ratnaningsih, yang akrab disapa Ratna sore itu dia bersama temannya menikmati panorama sore danau sambil olah raga.
"Baru sore ini olah raga lagi. Selama ada wabah corona, saya di rumah saja, Hany sayang gerimis" ujarnya.
Menurutnya, dalam seminggu bisa tiga atau empat kali datang ke jembatan.
Selain tujuan utama olah raga, karena tempatnya nyaman juga indah.
Tambah dia, yang datang ke waduk, khususnya bendungan, bukan hanya orang sekitar, tapi banyak dari luar juga untuk sekadar berolah raga.
Tentunya bagi yang akan pergi berwisata tidak ada salahnya mengunjungi Waduk Cirata. Lokasinya di Desa Cadassari, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat.
Waduk Cirata adalah salah satu bendungan yang airnya berasal dari Sungai Citarum, selain Waduk Saguling dan Waduk Jatiluhur.
Waduk ini merupakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terbesar di Asia Tenggara yang mengaliri listrik di Pulau Jawa dan Bali. Kapasitas listrik yang dihasilkannya 1.428 GWh per tahun, yang kemudian disalurkan melalui sebuah transmisi bertegangan tinggi yakni 500 kV interkoneksi untuk Pulau Jawa, Madura, dan Bali atau dikenal dengan Jamali.
Selain digunakan sebagai pembangkit listrik, PLTA Waduk Cirata juga menjadi obyek wisata bagi warga sekitar. Bahkan banyak pula pengunjung yang datang dari Jakarta, Bogor, dan Bandung.
Pada setiap akhir pekan, Sabtu dan Minggu tempat ini selalu penuh oleh pengunjung, sejak pagi hingga sore hari.
Waduk ini dikelilingi oleh bukit yang menciptakan keindahan alam sangat menarik. Di waduk ini Anda bisa menikmati wisata air dan wisata alam, serta kehidupan penduduk sekitar dan kulinernya.
Puncak kenikmatan saat berkunjung ke Waduk Cirata adalah kala berada di area wisata Buangan. Di tempat ini bisa berkeliling di sekitar lokasi untuk menyaksikan kehidupan penduduk sekitar.
Penduduk di sini ada yang menjala ikan di pinggir waduk, ada yang memancing, ada pula yang menjaring ikan ke tangah waduk. Di waduk ini terkenal banyak ikan-ikan besar (monster).
Di sekeliling waduk juga banyak wisata kuliner yang menyajikan menu seperti ikan bakar, nasi liwet, dan juga sate maranggi.
Satu hal yang unik di sini adalah sepanjang jalan waduk (benteng) terdapat tiang penyangga lampu jalan yang masing-masing terdiri dari nama asmaul husna.
Pengunjung dilarang keras hunting di atas benteng demi keamanan dan keselamatan. Anda juga dapat menikmati perahu yang disediakan oleh nelayan sekitar untuk mengelilingi Waduk Cirata.
Untuk menuju ke obyek wisata ini, bisa melalui beberapa alternatif rute. Jika Anda dari arah Jakarta, keluar Gerbang Tol Jatiluhur, sampai pertigaan belok kanan menuju kota Kecamatan Plered.
Jika dari arah Bandung, Anda keluar tol di Cikalong Wetan, lanjut menuju ke waduk. Atau jika dari Cianjur, lebih baik lewat Cikalong Kulon. (Akhmad Syah))